Sabtu, 12 Desember 2015

Pulau Haruku

Agak telat posting dari perjalanan yang sebenarnya bekerja tapi disempatkan untuk berjalan-jalan :D. Dalam tugas ini saya mendapat kesempatan untuk bekerja di Ambon meskipun hanya 4 hari, 1 hari diantaranya tepat di tanggal 30 Oktober 2015 saya dan team bepergian ke Desa Haruku dimana kami harus menyebrang pulau ke Pulau Haruku.

Selama di Ambon kami menyewa mobil 2 hari sebesar Rp 1.000.000,- (Satu Juta Rupiah) include bensin dan parkir. Kami menuju Tulehu, kami juga menyempatkan untuk berhenti makan  papeda (makanan yang terbuat dari sagu) cara mengambilnya di gulung-gulung dengan kayu dan ciri khas makannya adalah dengan menyedotnya langsung dari piring, Menurut kami papeda lebih enak dengan menggunakan kuah cocolo. Papeda disajikan juga bersama ikan.

Kami pun melanjutkan perjalanan, masuk pelabuhan kami diharuskan membayar tiket masuk seharga Rp 1.000,- (Seribu Rupiah) per kepala. Lalu menyewa speedboat PP sebanyak 4 orang seharga Rp 300.000,- (Tiga Ratus Ribu Rupiah). Lebih baik bepergian dengan penduduk asli sana agar tidak terjadi penembakan harga hehe…

Sepanjang perjalanan dengan menggunakan speedboat saya hanya terdiam tertegun memandangi keindahan alam yang sejuk dan asri. Tak lama menyebrang pulau untuk sampai ke Desa Haruku hanya membutuhkan waktu sekitar 20-30 menit. Bagi yang tidak bisa berenang akan memiliki kepanikan tersendiri. Memang tidak ada ombak tapi speedboat berjalan dengan bergolambang.

Setelah menyebrang pulau menuju lah Desa Haruku dalam rangka mengunjungi warga. Perjalanannya berbukit jadi berjalan dengan menanjak. Sebenarnya ada ojek/sewa motor untuk lebih mempercepat perjalanan tapi kami tidak mau menyewa karna ingin merasakan langsung dengan berjalan kaki. Berjalan demi berjalan yang berbukit ternyata saya kelelahan pusing menyerang dan lemas seketika, butuh di tuntun untuk berjalan tidak sampai pingsan untungnya, bingung saja jika sampai pingsan siapa yang mau gendong :D

Sepanjang perjalanan banyak penduduk yang sedang menjemur cengkeh hampir setiap rumah mereka menjemur cengkeh di pekarangan atau di pinggir jalan. Wangi cengkeh yang menusuk indra pencium kami nikmati sepanjang perjalanan. Serasa ingin bawa pulang dan menggelarnya di kamar mandi agar ritual mandi tidak lagi menjadi hal yang memalaskan :p. cengkeh ini di keringkan dan kemudian dijual dengan harga berkisar Rp 60.000,- (Enam Puluh Ribu Rupiah) – Rp 70.000,- (Tujuh Puluh Ribu Rupiah) per kg.

Sampailah kami di rumah warga penduduk  Desa Haruku. Desa nya sepi dan sejuk. Team memulai tugasnya dengan wawancara salah satu penduduk Desa Haruku. Rumah – rumah disana bisa di kategorikan layak huni.

Selesai sudah tugas sang Videographer dan kami melanjutkan perjalanan ke Rumah Kewang, disini terkenal dengan om Eli yang pandai berpantun dan bernyanyi. Kami disuguhkan dengan khas pisang goreng yang makannya dicocol dengan sambal, Begitu aneh memang tapi ini nyata rasanya enak, Pisangnya memang tidaka manis agak kesat dan cukup pedas jika dicocol dengan sambal.
Pemandangan yang bisa saya abadikan lewat gambar rasanya tidak cukup jika untuk di pandangi saja. Kami ingin lagi dating kesana.

Mataharipun hampir tenggelam yang artinya kami harus segera kembali ke hotel kembali dengan menggunakan speedboat. Diam lagi sepanjang menyebrang rasa tak ingin meninggalkan Haruku, kanan kiri pemandangan lukisan alam yang nyata. Setengah hari yang menakjubkan untuk bisa menjejakkan kaki di Haruku.

Sekian pekerjaan yang mengagumkan yang di abadikan dalam gambar..














Tidak ada komentar:

Posting Komentar